Medan, mediadunianews.co - Ketua Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara menyebutkan bencana
ekologis di Sumatera Utara setiap tahunnya meningkat hampir 70 % yang
disebabkan buruknya pengelolaan sumber daya alam (SDA). Selasa
(5/6/2018) di Medan.
"Berdasarkan
data yang dihimpun oleh WALHI Sumatera Utara terkait permasalahanan
lingkungan di Sumatera Utara, bencana ekologis di Sumatera Utara setiap
tahunnya meningkat hampir 70 % yang disebabkan buruknya pengelolaan
sumber daya alam, "sebut Dana Tarigan.
WALHI
Sumatera Utara menilai Pemerintah Sumatera Utara komitmennya masih
buruk dalam urusan pengelolaan sumber daya alam, baik program dan
kebijakan serta tidak menunjukkan tata kelola pemerintahan yang baik.
Hal ini terlihat dari pengurusan perizinan yang sarat koruptif.
Pada
momentum hari lingkungan hidup sedunia saat ini, WALHI Sumatera Utara
juga melihat proses Pemilihan Kepala Daerah, tidak satupun pasangan
calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara yang peduli terhadap
lingkungan hidup.
Tidak
ada program-program spesifik yang ditawarkan kepada masyarakat dalam
menjamin hak masyarat atas lingkungan sehat (amanat UUD 1945 pasal 28H,
UU no 32 tahun 2009 tentang lingkungan hidup), sehingga belum ada
komitmen politik yang kuat para pasangan calon terhadap lingkungan
hidup. "Untuk itu, WALHI Sumatera Utara mengajak seluruh masyarakat
untuk dapat menggunakan hak pilihnya pada 27 Juni 2018 dengan melihat
rekam jejak calon serta komitmen pasangan calon dalam menjamin hak atas
lingkungan hidup, "ujar Dana.
Program-program
dan komitmen kedua pasangan calon masih seputar isu populis seperti
peningkatan ekonomi, kesehatan, pendidikan, kemiskinan, infrastruktur
serta pelayanan publik yang cenderung hanya obral janji dan belum tentu
dapat direalisasikan.
"Dalam
debat antar calon yang telah berlangsung sebanyak dua kali, WALHI
Sumatera Utara menilai belum adanya komitmen politik yang kuat dari
kedua pasang calon dalam upaya perlindungan kawasan hutan dan
lingkungan, imbuhnya.
Hal
ini mengindikasikan bahwa permasalahan degradasi lingkungan dan
kerusakan hutan belum dianggap penting oleh kedua pasang calon, Kedua
pasangan calon lupa jika Sumatera Utara saat ini memiliki permasalahan
lingkungan yang serius dan penting untuk diselesaikan.
Sehingga
berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan di Sumatera Utara. Saat
ini Sumatera Utara tinggal memiliki hutan terakhir seluas 3.055.795 Ha
yang saat ini terancam dari aktivitas industri ekstraktif seperti HTI,
HPH, pertambangan serta perkebunan kelapa sawit.
Sumatera
Utara kondisinya saat ini kritis akibat aktivitas pertambangan pasir
laut, ilegal fishing, konversi hutan mangrove menjadi perkebunan dan
tambak skala besar.
Berdasarkan
pengolahan data oleh WALHI SUMUT luas hutan mangrove saat ini seluas
187.322,07 Ha dimana lebih dari 70% kondisinya rusak parah. Untuk itu,
perlu upaya perhatian serius untuk dapat merehabilitasi kawasan
mangrove, dan kami belum melihat ada komitmen politik dari pasangan
calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Kawasan mangrove memiliki cadangan
karbon yang banyak yang dapat digunakan dalam upaya mitigasi perubahan
iklim.
WALHI Sumatera Utara menunggu komitmen dari kedua pasangan calon terkait permasalahan lingkungan di Sumatera Utara.
Dengan
harapan pasangan yang terpilih mempunyai komitmen dan program-program
yang mampu menyelesaikan permasalahan lingkungan yang belum berakhir
sampai saat ini.
"Upaya
untuk menghadirkan kembali peran negara dalam mewujudkan keadilan
ekologis dilakukan oleh WALHI se-Indonesia sebagai bentuk kritis dari
lembaga lingkungan tersebar se-Indonesia yang sudah berdiri sejak 38
tahun yang lalu. Memastikan keberpihakan pejabat negara dalam memasukkan
program-program pro lingkungan, "sebut Dana Tarigan, Ketua Walhi
Sumut. (rel/zato).
Editor : Edy MDNews 01.
Tags
Nasional